Pemkot Bandung mulai membangun kolam retensi di Jalan Bima

Bbandungrayanews/Bandung – Pemkot Bandung mulai membangun kolam retensi di Jalan Bima. Kolam ini diharapkan mampu menjadi tempat parkir air untuk menahan luapan dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citepus.

Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menyatakan kolam retensi ini menjadi salah satu upaya Pemkot Bandung untuk mengatasi masalah banjir. Lebih spesifik lagi, kolam retensi Jalan Bima ini mampu meredam aliran air yang kerap menggenangi wilayah Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Astanaanyar.

“Alhamdulillah hari ini kita akan membangun kolam retensi di DAS Sungai Citepus ini yang kedua. Kemarin sudah di Sirnaraga. Saya berharap kolam retensi di DAS Citepus ini bisa mengurangi banjir di hilir,” kata Mang Oded, Kamis (30/1/2020).

Mang Oded menuturkan, pembangunan kolam retensi di Jalan Bima ini hasil kolaborasi bersama Istana Grup. Untuk itu, Ia mengimbau kepada para perusahaan swasta, BUMD ataupun BUMN yang ada di Kota Bandung untuk bergandengan tangan ikut mendorong pembangunan dan pengentasan masalah perkotaan, tanpa terkecuali menangani masalah banjir.

Mang Oded memastikan, pembangunan kolam retensi di Kota Bandung, telah sesuai arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Kolam retensi menjadi infrastruktur kekinian yang mampu meminimalisir banjir.

Hal tersebut terungkap ketika Oded menghadiri peresmian terowongan Nanjung Kabupaten Bandung, yang dihadiri oleh Jokowi dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

“Pak presiden menyampaikan pesan untuk di wilayah cekungan Bandung ini perbanyak kolam retensi. Alhamdulillah arahan itu sesuai dan ‘dikereuyeuh’ (dikerjakan) oleh kita,” katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Riswandi bertekad, kolam retensi di Jalan Bima ini tuntas dalam dua bulan. Kali ini, kolam dirancang dengan konsep eco-urban, yakni lingkungan natural yang ramah lingkungan namun tetap cocok di tengah suasana perkotaan.

“Mudah-mudahan tidak ada gangguan dua bulan. Nanti akan menyatu dengan sabuk hijau, jadi ada pohon-pohonnya. Kalau ini lebih alamiah. Jadi lebih mirip wetland tapi karena ini urban jadi mungkin semacam eco-urban,” jelas Didi.*

Loading