Bandungrayanews.com,- Kita Bandung: Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menggalakan program Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis) sebagai upaya membangun ketahanan pangan. Sepanjang tahun 2021 ini bertambah 40 lokasi baru Buruan SAE memperkuat ketahanan pangan di level kewilayahan.
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial mengungkapkan, dengan tambahan lokasi baru tersebut kini sudah ada 234 titik Buruan SAE yang tersebar di seluruh kelurahan. Bahkan, terdapat beberapa kelurahan yang memiliki Buruan SAE di setiap RW.
Sejak digerakan pada 2020 lalu, Oded melihat pertumbuhan Buruan SAE cukup pesat. Ini menjadi parameter, Buruan SAE cukup memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Sehingga masyarakat tertarik untuk mereplikasi konsep ini di banyak lokasi.
“Harapan saya mudah-mudahan Buruan SAE di Kota Bandung semakin banyak. Mudah-mudahan ada di setiap RW,” ucap Oded dalam acara Gebyar Buruan SAE 2021 di Saung Angklung Udjo, Kamis, 9 September 2021.
“Kalau sudah ada Buruan SAE di setiap RW, kita berharap ada banyak hal persoalan lingkungan di Kota Bandung yang bisa diselesaikan,” imbuhnya.
Oded memaparkan, Buruan SAE bukanlah sebatas menjalankan urbang farming biasa. Namun, mengintegrasikan banyak konsep dalam satu lokasi dengan beragam komoditas.
Sebagai gambarannya, sambung Oded, bukan hanya menjadi media tanam untuk sayuran, tetapi turut disisipi buah-buahan tanaman obat hingga pengolahan hasil dan pembibitannya di satu titik. Itu juga dapat terintgrasi dengan peternakan, baik ikan maupun ungas.
Melalui Buruan SAE juga, gerakan Kurangi Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman) dalam mengelola sampah diaplikasikan dengan baik. Pengolahan sampah menjadi pupuk, media tanam, dan pakan ternak dilakukan untuk menjaga ekosistem Buruan SAE terjaga secara alami terbebas dari bahan kimia.
“Dari mulai masalah sampah bisa selesai, terutama sampah organik. Kemudian urban farming terlaksana di Kota Bandung, sehingga masyarakat juga bisa mendapatkan benefit yang baik yaitu masalah ketahan pangan, peternakannya juga ada,” jelasnya.
Oded sangat berharap, konsistensi Buruan SAE ini bisa dipertahankan sehingga menjadi bagian dari ikon di Kota Bandung dalam menegakan kedaulatan pangan.
Sebagai langkah nyata, dia akan meminta para pejabat di lingkungan Pemkot untuk membina satu kawasan Buruan SAE di lingkungan rumahnya masing-masing.
“Mudah-mudahan bisa menjadi khas di Kota Bandung. Ke depan bisa membangun lingkungan di wilayah itu dengan Buruan SAE. Sae artinya bagus dan tertata dengan baik, dan dalam artian SAE itu Sehat Alami dan Ekonomis,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengungkapkan, hampir 96 persen kebutuhan pangan di Kota Bandung berasal dari luar daerah. Sehingga, membangun ketahanan pangan masyarakat perkotaan menjadi solusi pemerintah untuk menghindari ketergantungan pasokan dari luar.
“Suka tidak suka, kita harus punya kemampuan untuk menghasilkan sendiri. Melalui keterbatasan yang ada kita bisa memanfaatklan lahan di sekitar rumah. Ada sayur, ada ikan jadi kebutuhan konsumsi warga bisa terpenuhi di satu areal yang sama,” kata Gin Gin.
Gin Gin memaparkan, fakta di lapangan menunjukan respon masyarakat yang cukup antusias. Seperti ketika dimunculkan pada 2020 lalu, pihaknya hanya memberikan suntikan intervensi terhadap 60 titik pembuatan Buruan SAE.
Namun, masyarakat secara sukarela menduplikasi konsep Buruan SAE yang hingga akhir tahun 2020 jumlahnya berkembang menjadi 194 lokasi.
Di tahun 2021 ini, DKPP mencoba menambah 40 lokasi yang sampai September jumlahnya terus bertambah.
“Awalnya kita menumbuhkan kemauan dulu dari masyarakatnya. Setelah itu, kita lakukan pendampingan untuk lakukan sosialisasi dan pembelajaran cara menanam,” tuturnya.
“Setelah tumbuh semangat, kita berikan semacam insentif untuk membangun semangat tadi dan kita kawal terus,” lanjut Gin Gin.
Gin Gin mengungkapkan, sejumlah kelompok masyarakat menyampaikan informasi bahwa konsep Buruan SAE ini turut eksis ke pentas internasional. Satu di antaranya, yakni masyarakat di Kampung Cibarani yang membawa khas kebudayaan, termasuk soal konsep pertaniaannya ini mejeng di Amerika Serikat.
“Mereka punya keunikan, karena lingkungannya yang memeprtahankan budaya. Bagaimana budaya dan bertani menjadi satu itu menarik,” paparnya.
“Mereka diundang oleh komjen KJRI di New York. di situ ada konten budaya dan konten budaya itu dikombinasikan dalam pertanian,” jelasnya.
Kemudian, imbuh Gin Gin, ada dari komunitas pembibitan yang mendapat undangan dari Jerman. Menurut informasi terakhir yang diterimanya, kelompok ini akan bertolak menuju Jerman pada Oktober mendatang dengan membawa bahan Buruan SAE sebagai bagian dari presentasinya.
“Kemudian ada warga kota bandung mereka mengikuti semacam lomba bagaimana untuk membagi benih. Itu diapresiasi oleh komunitas di Jerman dan mereka diundang ke Jerman untuk presentasi, dan melihat buruan SAE ini menjadi bagian dari konsep mereka untuk mereka lakukan paparan di sana,” katanya.