Bandungrayanews.com/ Kabupaten Bandung Barat – Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat (Pemda KBB) harus segera menyiapkan lahan alternatif sebagai pengganti lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, di Cipatat, tempat membuang sampah se-Bandung Raya.
Kepala Unit Pelayanan Tekni (UPT) Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung Barat Nurjaman mengatakan alasan lahan alternatif pengganti TPA Sarimukti perlu segera disiapkan lantaran kontrak TPA Sarimukti akan berakhir masa beroperasinya pada 2023 mendatang.
“Kami ingin Bandung Barat segera punya TPA sendiri, jadi pelayanan sampah ke masyarakat tidak terganggu ketika ada persoalan seperti ini. Untuk kondisi sekarang, pengangkutan juga masih diatur jadwalnya karena kemarin sempat ada penumpukan,” ujar Nurjaman kepada wartawan, Kamis (11/11/2021).
Produksi sampah di Bandung Barat sendiri setiap harinya mencapai 150 ton. Namun produksi sampah tersebut hanya berasal dari 10 kecamatan yang dilayani pengangkutan sampah oleh UPT Kebersihan.
Saat ini UPT Kebersihan masih berkantor di Jalan Gedong Lima, Padalarang. Di dalamnya juga menjadi tempat penampungan sementara sampah sebelum diberangkatkan ke TPA Sarimukti.
“Sampai saat ini kita baru bisa melayani 10 kecamatan dengan produksi sampah sampai 150 ton. Kalau ingin semua kecamatan terlayani, perkiraan eksisting sampah bisa mencapai 650 ton yang diangkut,” beber Nurjaman.
Koordinator TPA Sarimukti Riswanto mengatakan dalam satu hari TPA Sarimukti menerima 2.000 ton sampah dari kawasan Bandung Raya.
“Ini kan digunakan oleh Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kota Bandung. Dan kota Bandung wilayah yang paling banyak membuang sampah ke TPA Sarimukti yakni 1.200 ton dalam satu hari,” kata Riswanto.
Ia menambahkan di atas lahan seluas 28,5 hektare, sebetulnya saat ini TPA Sarimukti mulai kesulitan menampung sampah dengan jumlah banyak terus menerus dalam satu hari. Hal tersebut lantaran kawasan tersebut telah melebihi kapasitas.
“Sekarang TPA Sarimukti telah over kapasitas bahkan ada rencana lahan tambahan sebanyak 10 hektar untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” terang Riswanto.